Anti Kemapanan

Katak kemapanan

 

Ahli ilmu perilaku pernah mencoba memasukkan katak hidup dalam kuali yang berisi air mendidih. Spontan katak itu lompat melebihi batas lompatannya yang wajar. Percobaan kedua dilakukan dengan cara yang berbeda. Kuali berisi air dengan suhu normal, kemudian katak yang lain dimasukkan. Karena airnya bersuhu normal, katak tersebut tak melakukan perlawanan alias diam saja. Apalagi di dalam kuali tersebut telah berisi enceng gondok dan bunga teratai, seperti layaknya habitat sang katak. Perlahan-lahan suhu kuali dinaikkan dengan menggunakan pemanas listrik. Katak tersebut tidak bergeming, karena ia tidak benar-benar merasakan kenaikkan suhu tersebut. Sampai batas suhu air mendidih, katak tersebut tak melakukan perlawanan dan akhirnya mati. Apa pelajaran dari cerita tersebut? 

Bukan hanya kegagalan yang menjadi musuh besar kita, keberhasilan, kemapanan juga musuh terselubung. Seseorang yang gagal, tidak ada pilihan bagi dirinya selain bangkit. Jadi, sangat ‘lumrah’ jika ia fight untuk bangkit dari keterpurukkannya. Namun beda halnya dengan seseorang yang telah mendapatkan keberhasilan, ia memiliki 2 pilihan, untuk menikmati dan terlena, atau membuat target-target pencapaian baru dan siap action lagi.

Ambil contoh nyata dalam kehidupan kita, terutama di lingkungan pekerja. Mungkin Anda atau kawan Anda bergabung di suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang penuh dengan fasilitas dan proteksi, terutama sebagai pegawai negeri atau BUMN yang nyaris tidak mungkin dipecat. Apa yang mereka rasakan? Kenyamanan karena dimanjakan! Tidak ada salahnya dengan bergabung ke perusahaan seperti itu, bahkan itulah harapan sebagian besar orang. Namun hal itulah yang menjadi salah satu penyebab krisis mental bangsa ini. Kehilangan ‘fighting spirit’! Coba bandingkan Negara tetangga kita Singapura, yang proteksi terhadap karyawan perusahaan lemah. Kawan saya pernah bekerja di perusahaan perminyakan di Singapura, di-PHK dalam 2 kali 24 jam dengan alasan perampingan. Sekilas kita memandang alangkah tidak berperikemanusiaan mereka. Tapi di sisi lain, mereka dipersiapkan untuk waspada setiap saat.

Di dunia pengusaha, penyakit kemapanan juga dapat menghinggapi kita, namanya kehilangan momentum. Mereka yang sukses dalam usahanya, terlena dan meninggalkan pembelajaran. Semangat juang mereka hilang justru pada saat mereka mendapatkan apa yang telah diimpikannya. Tidak menjadi masalah selama usahanya tetap berkembang atau setidaknya stabil. Namun, seperti roda yang berputar, terkadang gejolak mengganggu tidur kita. Seperti saat krisis ini berlangsung, apa yang akan terjadi pada mereka yang ‘tidur’ terlalu lama? Mereka kelabakan mencari jalan keluar dari krisis. Tapi ternyata ‘peta’ yang mereka gunakan sudah usang. Masih untung jika masih punya semangat untuk bertarung lagi, kebanyakan dari mereka sudah ‘kegemukan’ dan kehilangan ‘momentum’. Bagaimana menghindarinya?

 

Ciptakan Tantangan

Bagi Anda yang berstatus sebagai karyawan, tantanglah bos Anda untuk memberikan kerjaan lebih atau baru, jika perlu mutasi. Boleh beristirahat dan menikmati pencapaian, tapi jangan lama-lama. Bagi Anda pengusaha yang sudah mapan, buatlah tantangan baru, misalnya dengan membuka cabang, franchise atau diversifikasi usaha. Buatlah otak Andamelar dengan permasalahan baru yang Anda hadapi. Bagi Anda yang belum sukses, berbaik sangkalah kepada Tuhan, berarti Ia sedang melatih diri Anda untuk lebih tangguh. Bukankah manusia yang beruntung adalah yang memanfaatkan waktu untuk selalu bertumbuh?

 

“Sukses bukanlah pencapaian, namun bertumbuh ke potensi maksimal yang diberikan Allah kepada kita”

The following two tabs change content below.
Jaya Setiabudi, atau yang biasa disapa Mas J oleh murid-muridnya, adalah seorang entrepreneur dan penulis buku best seller: The Power Of Kepepet. Ia adalah pendiri YukBisnis.com, Young Entrepreneur Academy dan berbagai perusahaan lain di beberapa kota di Indonesia. "Sebaik-baiknya usaha adalah yang dimulai. bukan ditanyakan terus-menerus."

Latest posts by Jaya Setiabudi (see all)