Etika Bisnis Terbaik Adalah Merasa CUKUP, Bukan Berlebih-Lebihan

etika bisnis

Berbicara tentang konsep bisnis terbaik tentu tidak akan pernah ada habisnya. Seringkali pertanyaan yang umum dijawab oleh orang kebanyakan terkait bisnis terbaik adalah bisnis yang mampu menghasilkan keuntungan paling BESAR.

Benarkah pendapat itu?

Sebelum kita bahas lebih lanjut, mari sejenak kita membaca dan merenungkan kisah pendek pengusaha kopi yang satu ini :

Kata ‘Cukup’ Pemilik Kopi Aroma

Pak Widya Pratama adalah generasi kedua, penerus Kopi Aroma. Kopi Aroma adalah produk kopi yang dibuat dengan cara yang didiamkan selama 5 – 8 tahun, baru diproses. Kopi ini bisa dibilang fenomenal karena hingga seorang Howard Schultz (CEO Starbucks) saat berkunjung ke Indonesia, menyempatkan diri untuk menyicip kopi ini yang berlokasi di Jalan Banceuy, Bandung. (https://finance.detik.com/…/bos-starbucks-saja-jauh-jauh-dar…)

Uniknya…Kapasitas produksi Kopi Aroma hanya 300 – 400 kg perhari, menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Jadi bisa ditakar omzet Kopi Aroma mentok hanya sekitar 40 jutaan saja. Tak bertambah kapasitas sejak tahun 1930.

Meskipun diproduksi terbatas, Kopi Aroma tetap sangat terjangkau. Harganya hanya 16 ribu saja per 250 gram.

Saat ditanya, “Kenapa Pak Widya tak mau memproduksi lebih?”.
Jawabnya, “Jika saya produksi lebih, maka petani akan membuka lahan lebih, kayu bakar yang diperlukan juga lebih, sehingga akan menebang hutan lebih, maka saya akan andil dalam kerusakan alam.”

 

Menarik bukan ?

Makna sebenarnya dari kisah tersebut bisa dijelaskan dengan satu kata saja, yaitu “CUKUP”. Ini tentu berkaitan juga dengan etika bisnis yang perlu dimiliki para entrepreneur.

Pada dasarnya, bisnis bukan hanya semata jalan meraih uang, tapi lebih dari itu Bisnis adalah sebuah IBADAH….

Bisnis adalah jalan ibadah bagi manusia untuk meraih pahala dan ridha dari Sang Pencipta.

Seperti dijelaskan dalam hadits berikut :

Rasulullah pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana keuletan seseorang bisa bernilai jihad di jalan Allah?” Rasulullah menjawab, “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka usahanya bernilai jihad di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena orangtuanya yang sudah renta, maka usahanya bernilai jihad di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki agar harga dirinya sendiri terjaga, maka usahanya bernilai jihad di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena riya` dan kesombongan, maka dia telah berjihad di jalan setan.” (At-Targhib wat Tarhib)

Maka dari hadist tersebut, bisa diketahui bahwa jika kita berlebihan dalam menjalankan bisnis dengan cara yang tidak baik seperti mengesploitasi karyawan, merusak lingkungan, menipu konsumen ataupun cara-cara lainnya yang melanggar hukum dan aturan agama, demi mendapatkan keuntungan dan meningkatan omset itu adalah hal yang dekat dengan riya’ dan sama dengan berjihad di jalan setan.

Lalu ada pertanyaan lagi…

Bila kita tidak memaksimalkan omset, bisnis kita bisa-bisa malah gulung tikar bukan?

Untuk hal diatas pun, ada jawabannya adalah dengan menjadi orang yang selalu merasa bersyukur dan merasa CUKUP  karena rezeki sebenarnya sudah diatur oleh Allah Swt bahkan sebelum kita dilahirkan di dunia ini :

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Huud [11] : 6)

“Sungguh mengagumkan perilaku orang Mukmin. Seluruh perilakunya berupa kebaikan. Apabila dia mendapat kebahagiaan, dia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila dia ditimpa kesusahan, dia tetap bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya.”(HR. Muslim)

Bisnis Syariah pun tidak lupa mengadopsi prinsip diatas. Tidak hanya sekedar tidak memiliki unsur yang haram saja dalam bisnis, tapi startegi bisnis yang dipakai haruslah memiliki unsur-unsur diatas.

Jadi jika Anda masih berpikir bahwa elemen utama dari bisnis adalah memperoleh keuntungan yang terus meningkat, maka sebaiknya prinsip tersebut harus Anda akhiri karena :

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-ku sangat pedih” (QS. Ibrahim [14]: 7)

Jadi dalam bisnis orientasi pada mencari keuntungan semata harus diubah ke orientasi untuk terus memberikan nilai tambah bagi konsumen, dengan begitu keuntungan akan datang dengan sendirinya.

Semoga artikel tentang Etika Bisnis ini bermanfaat. Sekian :)

The following two tabs change content below.

Woka Aditama

Copywriter and Blog Author at YukBisnis
Seorang remaja pria dengan minat besar pada SEO Copywriting dan Digital Marketing.