Sarang Semut

sarang-semut

 

Sudah baca belum, tulisan terdahulu saya “Hukum Semut”? Memang awalnya bermula dari gula yang ditebar, setelah itu semut berdatangan. Tapi bukan berarti lantas kita berdiam dan menunggu hasil, karena semua itu bukanlah permanen. Saat tempat lain menawarkan gula yang lebih manis, tentu saja semut-semut yang tadinya nongkrong di tempat kita, berpindah kelain hati. Fenomena ini sering terjadi di bisnis mall. Mereka berfikir dengan adanya tenant anchor (gula) seperti Carefour, Hypermart, cukup untuk membuat para semut betah di sana, eiiits nanti dulu. Selama tidak ada pesaing lain di sekitar yang menawarkan sesuatu yang lebih manis, oke-oke saja. Sudah jadi hukum alam, jika ada yang ‘berkilau’, maka kompetitorpun akan segera hadir di sekitar. Mulailah perang gula terjadi. Akibatnya, semut-semut yang tadinya jadi pelanggan kita, mulai mencoba yang baru, bahkan seringkali tak mau kembali lagi. 

 

Apa yang membuat permanen?

 

Ternyata bukan gula yang membuat permanen, tapi sarang semutnya. Selain tingkat ‘kemanisan’, jarak juga menjadi pertimbangan si semut untuk mendatanginya. Jika ada gula-gula yang sejajar di dekat sarang mereka, tentu saja mereka memilih yang terdekat. Jadi hal yang terbaik adalah mendekatkan tempat bisnis kita di sarang semut tersebut. Trus apa yang termasuk kategori sarang semut? Pabrik, sekolah, rumah sakit, perkantoran, perumahan. Jarang sekali ditemui, gara-gara ada pabrik baru didirikan, membuat para karyawannya berbondong-bondong pindah kerja ke pabrik yang baru kan? Begitu juga para siswa yang bersekolah, asalkan tidak benar-benar jauh sekali jarak sekolah dengan rumahnya dan tidak ada kekecewaan yang mendalam, jarang sekali siswa pindah sekolah dengan alasan iseng saja.

Hal inilah yang harus dijadikan acuan memilih tempat usaha kita, agar tak perlu kerja keras menarik semut nun jauh disana, untuk sekedar mengunjungi toko kita. Percuma memilih tempat yang murah jika tak ada semut yang lewat. Serupa halnya dengan membuka warung bakso di kuburan, yang beli kuntilanak, hiiii. Ada seorang peserta Entrepreneur Camp bertanya,”Saya punya usaha konter crepes, tapi sepi pengunjung, dikarenakan mall yang saya tempati sepi juga. Apa yang harus saya lakukan?”. Saya berkata,”Saya akan menjawab, asal tidak ada kata ‘tapi’ setelah itu! Setuju?”. Dia jawab,”Setuju”. Dan sayapun berkata,”Pindaaaaah!”. Lebih baik bayar lebih mahal, daripada menanggung kerugian operasional gara-gara tidak ada pendapatan. Pastikan saat memilih tempat usaha, banyak semut yang lewat.

Sarang semut juga bisa diciptakan dari menebar gula, hingga si semut merasa nyaman dan menarik kawan-kawannya untuk menjadikan tempat itu sebagai markas barunya. Contohnya adalah fitness centre ternama. Karena member mereka yang cukup banyak dan loyal, fitness centre tersebut bisa jadi sarang semut. Jika Anda akan membuka usaha di mall, pastikan di dalam mall tersebut ada sarang semutnya, jadi tak perlu takut sepi. Tanpa menarik semut dari luarpun, sudah cukup ramai mall tersebut.

 

Fasilitas untuk sarang semut

 

Bagi Anda yang memiliki kategori bisnis sebagai sarang semut, misalnya sekolah, kursus ternama, fitness centre, klinik (dengan dokter yang ternama), bisa bernegosiasi mendapatkan keringanan biaya sewa, bahkan gratis! Kenapa? Karena keberadaan bisnis Anda akan mendatangkan semut yang membuat wilayah tersebut laku, karena ramai. Jadi tinggal pilih, dekat dengan sarang semut atau menjadi sarang semut, monggo….

Ilustrasi: binux

 

The following two tabs change content below.
Jaya Setiabudi, atau yang biasa disapa Mas J oleh murid-muridnya, adalah seorang entrepreneur dan penulis buku best seller: The Power Of Kepepet. Ia adalah pendiri YukBisnis.com, Young Entrepreneur Academy dan berbagai perusahaan lain di beberapa kota di Indonesia. "Sebaik-baiknya usaha adalah yang dimulai. bukan ditanyakan terus-menerus."

Latest posts by Jaya Setiabudi (see all)