Menciptakan Monopoli dalam Bisnis Kita, Bagaimana Caranya?

Biasanya dalam bisnis, kita sangat jarang menemukan monopoli murni, kecuali ada aspek-aspek tertentu yang harus dipenuhi. Pasti akan selalu ada produk pengganti yang akan menyelesaikan masalah serupa.

Contohnya Anda ingin memonopoli supply pisang yang ada di Indonesia. Tapi Anda tidak bisa membatasi apakah pisang itu akan langsung dikonsumsi, dibuat camilan, atau jajanan. Saat pisang itu menjadi jajanan seperti gorengan pun, masih ada banyak alternatif gorengan lain selain pisang kan?

Sebenarnya, arti monopoli sendiri adalah tanpa persaingan. Monopoli pasar itu bisa terjadi jika:

Pasarnya belum terjamah kompetitor
Mungkin Anda bisa jadi yang pertama di pasar tersebut, tapi bukan berarti kompetitor tidak bisa meniru bisnis Anda.

Adanya proteksi
Contohnya, listrik diproteksi oleh negara. Kita tidak punya pilihan lain selain PLN. Sewaktu sedang booming telepon rumah, semua orang hanya bisa menggunakan telkom untuk telepon rumahnya. Tapi begitu ponsel genggam masuk, tidak ada lagi monopoli di bidang komunikasi dan telepon.

Hambatan untuk masuk ke industri tersebut besar
Misalkan untuk membangun jalan tol, pastinya tidak semua orang yang ingin membuat jalan tol langsung diterima begitu saja oleh pemerintah.

Diferensiasi yang sangat kuat dikunci dengan brand
Ini terjadi pada kasus Microsoft dan Apple. Saat Apple hampir bangkrut, Steve Jobs meminta bantuan kepada Bill Gates dengan cara membujuknya dengan kalimat, “Kalau Anda tidak bantu saya, Microsoft bisa kena Undang-undang monopoli,” dan akhirnya Bill Gates pun membeli sebagian saham dari Apple.

Paten
Paten resleting pertama dimiliki oleh YKK. Tapi masalahnya paten seperti ini tidak bermasalah lagi di Tiongkok karena Tiongkok banyak meniru produk-produk terkenal.

Kembali lagi ke pasar monopoli, sebenarnya, pelanggan tidak begitu memedulikan pasar monopoli. Kenapa? Karena yang dipedulikan pelanggan sebenarnya adalah apakah produk kita bisa menjawab kebutuhan mereka atau tidak, bisa memuaskan mereka atau tidak?

Apakah jika kita punya kompetitor harus kita singkirkan?

Sebaiknya kita lihat terlebih dahulu seperti apa kompetitor kita. Jika memang kompetitor kita itu menyejahterakan karyawan, bersaing secara sehat, kenapa harus disebut kompetitor? Kalau perlu kompetitor yang seperti itu diajak bergabung agar semakin besar.

Sekian artikel kali ini semoga bermanfaat!



The following two tabs change content below.
Mantan anak teknik STM yang banting stir menjadi Internet Marketer ^_^