Pemuda dan Mutiara

Pemuda dan Mutiara

Suatu hari di pantai yang indah, berkelana seorang anak muda yang mencari jati dirinya. Kemudian ia melihat seorang saudagar, dengan pakaian yang sederhana, sedang memilah-milah mutiara yang barusan dipanennya.

Melihat kilau mutiara-mutiara yang besar tersebut, pemuda itu silau dan memberanikan diri bertanya, “Tuan… cantik sekali mutiaranya. Pasti mahal harganya. Bolehkah saya minta?”.

Tanpa pikir panjang, saudagar itu memberikan 3 butir mutiara yang cukup besar. Sontak pemuda itu girang, karena begitu mudahnya dia mendapat ‘rejeki’ di hari itu, dari seorang yang barusan dikenalnya. Ia pun melanjutkan perjalanannya, penuh dengan senyuman.

Beberapa saat kemudian, ia terhenti dan berfikir:

  1. Kenapa saudagar itu ringan tangan memberikan kepadaku?
  2. Jika aku menjual mutiara ini dan menghabiskan uangnya, apa aku bisa mendapatkannya lagi?

Kemudian pemuda itu putar haluan, bergegas menemui sang saudagar. Untung saja saudagar itu masih berada di tempat semula. Kemudian dia berkata,

“Tuan, terimakasih atas kemurahan hati Tuan. Saya ingin mengembalikan mutiara ini kepada Tuan..”

Kemudian saudagar itu bertanya, “Kenapa?”.

Pemuda itu menjawab dengan pernyataan dan permintaan,

“Jika Tuan dengan ringan tangan mau memberikan mutiara itu kepadaku, pasti Tuan memiliki mutiara yang terpendam dalam diri Tuan. Jika Tuan bisa mendapatkan mutiara sebanyak itu, mempekerjakan penduduk sekitar, pasti Tuan bukanlah orang biasa. Maukah Tuan mengajarkanku KEILMUAN untuk mendapatkan itu semua..?”

Ilmu atau Kemudahan?

Ada 2 poin pelajaran pada cerita tadi:

  • Pertama, seringkali dalam kondisi terhimpit hutang dan kebutuhan, kita datang ke orang ‘sukses’ untuk meminjam atau bahkan meminta uang, bukan meminta ilmu untuk mendapatkan uang atau menyelesaikan masalah. Di benak kita sudah terkhotomi oleh “uang saat ini = solusi”. Padahal bisa jadi ada solusi lainnya.
  • Kedua, begitu juga kepada Sang Pencipta, Yang Maha Kaya, kita (termasuk saya) sering meminta kemudahan datangnya rejeki tiba-tiba. Saat kita mendapatkan rejeki itu dan kita manfaatkan untuk menyelesaikan masalah kita saat itu, kita tak mendapatkan keilmuannya. Hingga saat kita berjumpa dengan masalah yang serupa lagi, kita mengulang ‘pola’ yang sama.

Minta mana: Keilmuan atau Kemudahan?

“Yaa Rab, tambahkanlah keilmuanku dan berikan aku ‘rejeki’ untuk memahaminya.

The following two tabs change content below.
Jaya Setiabudi, atau yang biasa disapa Mas J oleh murid-muridnya, adalah seorang entrepreneur dan penulis buku best seller: The Power Of Kepepet. Ia adalah pendiri YukBisnis.com, Young Entrepreneur Academy dan berbagai perusahaan lain di beberapa kota di Indonesia. "Sebaik-baiknya usaha adalah yang dimulai. bukan ditanyakan terus-menerus."

Latest posts by Jaya Setiabudi (see all)