Dalam kondisi bangkrut, bisa jadi Anda juga membangkrutkan orang lain, alias bangkrut berantai. Biasanya mereka adalah mata rantai atau gerbong di belakang Anda, seperti supplier, bank, investor, bisa juga rentenir. Dan biasanya juga mereka tak akan tinggal diam, akan merongrong Anda hingga titik darah penghabisan. Atau mungkin Anda adalah korban dari kebangkrutan perusahaan lain?
Jika bisnis Anda adalah jaringan tengah dari suatu mata rantai bisnis, Anda pun akan melakukan hal yang serupa, yaitu menagih piutang kepada pelanggan, menagih pinjaman oleh kerabat, kawan, menarik dana investasi Anda, hingga mengejar para ‘penipu’ (menurut Anda) yang melarikan uang Anda.
Hal itu wajar, karena itu adalah reaksi spontan yang terfikir untuk mencari solusi atas hutang-hutang Anda atau sekadar menuntut hak Anda dikembalikan. Tapi dalam banyak kasus kebangkrutan besar, jarang ada yang bisa pulih kurang dari 2 tahun.
Alhasil, jika Anda hanya bergantung pada 1 pintu rejeki dengan menuntut ‘hak’ Anda, maka Anda akan mengalami depresi dan semakin terpuruk. Karena sikap Anda telah menutup pintu rejeki lainnya. Terus bagaimana seharusnya?
“Jangan anggap Anda punya hak..!!
Anggap saja semua itu sudah hilang..!!”
Tentu berlakukan itu pada diri Anda, bukan pada orang yang menagih Anda, karena sikap mereka diluar kendali Anda.
Saya tak berani berkata “ikhlaskan..”, karena ikhlas adalah rahasianya Allah, bukan manusia.
Dengan menganggap itu bukan hak Anda (melainkan hak Allah), maka akan membuka saraf kreativitas pada otak Anda untuk mencari alternatif-alternatif lainnya. Apalagi jika disertai sikap ‘memaafkan’, bahkan meminta maaf (meski bukan salah Anda). Terlepaslah beban Anda. Balik ke ‘Zero’ lagi..
Setiap musibah yang datang, pada dasarnya adalah pohon keilmuan dan kebijaksanaan bagi mereka yang memupuknya dengan benar..
Jaya Setiabudi
Latest posts by Jaya Setiabudi (see all)
- Menjual Tanpa Membual - 10/05/2016
- Strategi Evolusi UKM Goes Online - 09/05/2016
- Makna Sukses Jaya Setiabudi - 06/07/2015