Sewaktu masih tinggal di Batam, saya punya 1 langganan martabak manis, namanya ATENG (nama bapak yang jual). Meski tak seenak Martabak Manis 43 Pecenongan atau San Fransisco, paling tidak bisa buat ‘obat kangen’.
Setidaknya sebulan 2 kali saya beli Martabak Manis si Ateng, kadang juga seminggu 2 kali.
Masalahnya..
Saat saya ngidam-ngidamnya, dia sering gak buka. Saat saya telepon, “Ko, coklat kacang spesial 1 loyang, siapin yaa..!”. Ehh.. jawabnya sering begini, “Aduh sorry, hari ini gak buka. Besok aja yaa..”. Lha namanya ‘ngidam’ itu kan paling gak enak tho kalo ditunda.
Suatu saat tanpa konfirmasi telepon, saya langsung ke TKP. Ternyata… TUTUP LAGI.. Apapun alasannya, saya gak peduli. Yang ada perasaan dongkol..! Pas kebetulan berkendara menuju pulang, hanya berjarak 500 meter dari situ, buka Martabak Alim (franchise), tempatnya lebih luas dan nyaman. Belum pernah nyoba sih, tapi apa salahnya juga, daripada pulang rumah tanpa hasil, beli deh..
Meski secara rasa tak seenak buatan Ateng, tapi bagi saya ‘acceptable quality’ alias “okelah..”. Sejak saat itu, saya jarang menuju ke tempat Ateng lagi. Saya sudah SWITCH ke merek Alim. Gak beberapa lama kemudian, Martabak Alim hampir selalu ramai dikerumuni pelanggan, sementara Martabak Ateng jadi sepi. Mungkin sekarang sudah tutup.
Pemirsah… Sebelum menyalahkan orang lain, kondisi atau penyebab luar kegagalan bisnis kita, tengoklah ke dalam. Jangan-jangan kita seperti Ateng, yang termasuk dalam GRUP TEMPO; Tempo-Tempo Buka, Tempo-Tempo Tutup, alias buka seenaknya sendiri. ISTIQOMAH dalam berjualan, kualitas dan pelayanan, yang membuat pelanggan ‘niteni’. Sukses Berpola, Gagal juga Berpola..
Penyebab Kegagalan Bisnis.
Jaya Setiabudi
Latest posts by Jaya Setiabudi (see all)
- Menjual Tanpa Membual - 10/05/2016
- Strategi Evolusi UKM Goes Online - 09/05/2016
- Makna Sukses Jaya Setiabudi - 06/07/2015