Tahun 2000-an, saya sangat haus keilmuan, terutama pemasaran. Karena pemasaran adalah jalurnya duit masuk. Sayangnya di Batam hampir tak pernah ada seminar tentang bisnis saat itu.
Majalah Marketing dan SWA jadi langganan makan bulanan. Tak ada mentor, majalah pun jadi..
Saat itu ada iklan training 3hari/2malam di Puncak: “The Right Way of Doing Powerful Marketing Research”. Jutaan rupiah pastinya, langsung ikut..!
Materinya bagus, apalagi yang membawakan Pak Handy Irawan (Frontier), favorit deh. Hanya saja pas giliran doktor statistik, puyeng deh.
Singkatnya, dengan bekal belajar marketing via training dan buku, ujung-ujungnya harus saya praktikkan di dunia bisnis nyata.
Sudah bisa ditebak, hampir semua materi pemasaran yang ada di pasaran, studi kasusnya adalah perusahaan multinasional.
Cara risetnya: membentuk Focus Group Discussion (FGD), sebar kuesioner, mendapatkan feedbak, merumuskan strategi, kemudian membuat iklan di media-media besar. 1 yang jelas: PERLU MODAL BESAR.
Saya ikuti deh alur-alurnya, hingga membuat Marketing Plan yang tebal dan detail, kayak mau skripsi gitu.. baru kemudin buka bisnis. Tentu tak sewa artis sebagai brand ambassador. Miskin..
Bukalah bisnis Rumah Makan (2002), 14 bulan tutup, rugi 170 juta, lumayan..
Saya tidak menyalahkan ilmu yang diajarkan, tapi saya menyalahkan diri saya yang mungkin masih banyak error saat riset dan lainnya.
Tak menyerah dengan 1 kegagalan, saya mencoba bisnis berikutnya (2002): import additif, kemas, branding dan distribusi sendiri.
Kali ini marketing plan yang saya buat cukup tokcer dan berhasil booming di 6 kota. Sayang banyak piutang yang macet, 250 juta gak tertagih, bangkrut lagi, hehe..
Setelah menjajal ilmu-ilmu pemasaran, saya menyimpulkan: Jangan gunakan Ilmu Pemasaran Multinasional untuk UKM. Gunakanlah strategi Perang Gerilya.
Setelah belajar dengan para ‘guru gendeng’, banyak ilmu-ilmu pemasaran praktis yang lebih cocok untuk UKM. Mau tau..?
6 Cara Praktis Riset Pasar Untuk UKM
1. Numpang Beken
Cari perusahaan besar yang setarget pasar dengan usaha Anda >> Buka disampingnya.
Misalnya Anda mau buka warung makan yang target pasarnya adalah karyawan setara perbankan, tinggal buka samping-sampingan dengan bank. Langsung laris..
2. Numpang Riset
Indomart dan Alfamart memiliki persyaratan kelayakan suatu lokasi. Baik dari segi kepadatan penduduk, jalur semut dan lainnya.
Karena mereka udah jelas riset sebelum buka di suatu area. Jadi Anda numpang saja. Buka lagi di sebelahnya..
3. Nyebrang Jalan
Daripada menghitung trafiknya brapa, coba aja jam tertentu (saat berjualan) menyeberang jalan 3 x bolak balik.
Kalau nyebrangnya pakai tengok-tengok, artinya jalannya ramai. Kalo tanpa tengok-tengok tetap selamat, artinya sepi, hehe.
4. Sebar Brosur
Siapa bilang harus ada bisnisnya baru pemasaran? Dari pada kuesioner, mending langsung action ajah, sebar brosur, beri nomor telepon pemesanan.
5. Pasang Iklan
Serupa dengan sebar brosur, tapi di media massa, bisa juga di media sosial, seperti fesbuk, instagram, twit dan lainya.
Misal, Anda mau buka rental mobil, tapi ragu “Ada gak pasarnya?”. Sebar brosur (sesuai target pasar) atau ngiklan saja. Banyak yang telepon gak?
Kalau banyak yang telpon, artinya banyak permintaan, tinggal buka kemudian.
“Mas J, trus kalo beneran mereka mau rental, tapi kita belum punya mobilnya gimana?” >> Tinggal bilang “Lagi KOSONG..”. Gak bohong kan? Emang lagi kosong koq.. Meski belum pernah isi juga, hehe..
6. Uji Ngangenin
Daripada Anda membuat kuesioner atau FGD (grupnya siapa juga?) yang ‘dipaksakan’, lakukan sesuatu yang NATURAL.
Misalnya, “Uji Lontong Arab Wan Abud” >> Potong kecil-kecil lontongnya, numpang sediakan snack di komunitas, pantau dari jauh, nambah gak?
Kalo nambah terus, artinya Laper itu orangnya, hehe.. Kalo yang lain juga nambah, artinya NGANGENIN. Gampang tho..!
Masih banyak cara-cara kreatif untuk riset pasar UKM yang ALAMI. Jelas Murah dan Tokcer, daripada yang njlimet dan nambah takut untuk action.