Momen Tidak Menyenangkan Ketika Nama Brand Bisnis Kita Sudah Didaftarkan Orang Lain.

Dalam membangun bisnis, sudah bukan rahasia lagi jika branding merupakan salah satu strategi marketing yang banyak digunakan. Mengapa? Salah satunya, agar konsumen lebih mudah mengingat produk atau jasa Anda.

Contoh kasus, Anda memiliki bisnis Sate Padang tapi nggak pakai brand, berapa banyak pengusaha sate padang yang ada di kota Anda? Bisa keriting jika menjelaskan kepada konsumen,
“sate padang anu, di jalan anu, dengan resep koki anu, di samping warung anu”
Waduh!
Bandingkan jika untuk mempromosikan, cukup dengan menyebut Sate Padang Bundo, selesai. Lebih baik lagi, jika usaha Anda bisa Google-able dan Waze-able.

Tahukah Anda?. Jika nilai waralaba yang bisa sampai selangit itu, kuncinya ada pada perlindungan Merek atau brand bisnisnya. Rasanya tidak mungkin, jika valuasi satu gerobak kebab dan peralatannya bisa mencapai 1 milyar atau lebih. Kontribusi terbesar pada valuasi bisnis bukanlah terletak pada tangible asset (aset terlihat) nya, namun pada brandingnya.

Mendaftarkan merek, sama saja dengan mengamankan aset terbesar bisnis Anda. Setiap pihak yang ingin menggunakan merek Anda, tentunya harus meminta izin kepada Anda sebagai pemilik merek Izin ini yang kemudian bisa dikonversi menjadi royalti. Mengapa? Karena negara melindungi hak ekonomi kita dalam suatu merek.

Daftarkan merek Anda S.E.K.A.R.A.N.G.

Sepertinya agak ribet ya? Tapi apa sih alasan Anda perlu mendaftarkan merek?
1. Merek merupakan ciri khas (diferensiasi) dari usaha Anda;
2. Kompetitor bisnis itu bertebaran, pada saat bisnis berkembang, akan bermunculan kompetitor dengan produk serupa dengan Anda, apa yang membuat produk Anda bertahan di benak konsumen? MEREK;
3. Merek merupakan aset terbesar dari suatu bisnis;
4. Merek yang Anda daftarkan, akan membuat anda memiliki hak ekslusif yang legal secara hukum atas penggunaan merek tersebut.
5. Jika Anda yakin bahwa bisnis anda akan besar, lindungilah Merek Anda sejak dini, sebelum menyesal dikemudian hari.

Bagaimana dengan nama domain bisnis Anda?

Apa sih domain?

Domain adalah nama bisnis online Anda, seperti: yukbisnis.com, juraganforum.com, sheikahijab.com, respiro.co.id, atau pupuksidomuncul.com.

Domain bisnis serupa dengan merek dagang yang harus diamankan. Jangan sampai sudah susah payah membangun bisnis hingga menjulang, eh, mereknya dicaplok orang lain.

Berapa sih harga domain?Hanya berkisar 100 ribu rupiah (pertahun) untuk domain [dot]com, jika belum diambil oleh pihak lain. Jika sudah diambil oleh pihak lain, bisa melejit hingga ratusan juta rupiah untuk 1 domain.

Sadis !

Semakin lama Anda menunda, semakin besar kemungkinan domain Anda diserobot orang lain, apalagi jika merek Anda sudah mulai terkenal.

Jadi, masih nganggap domain gak penting? Banyak-banyaklah beristighfar..

Bangun[branddot]com mu di Yukbisnis.com. Hanya 50 ribu perbulan !

NEGERI ‘TUKANG JAHIT’

Lebih baik mana?

a. Buatan Indonesia, Merek milik asing.
b. Buatan Luar, Merek milik Indonesia.

Jika Anda menjawab ‘a’, tidak salah, karena dapat mengurangi pengangguran. Namun hal itu bersifat sementara. Saat ada ‘tukang jahit’ di negara lain yang lebih murah dengan kualitas yang serupa, maka pemilik merek punya kuasa untuk memindahkan produksinya.

Hal itu sudah sering terjadi di Indonesia. Selain pemicunya adalah upah buruh yang makin tinggi, ancaman demo tiap tahunnya, juga pungli disana-sini, memaksa investor asing untuk hengkang. Bagi saya, hal itu tak menjadi masalah. Toh cepat atau lambat, mereka juga akan hengkang, mencari yang termurah.
Dasar kapitalis !

Lagipula tak ada yang dibanggakan menjadi negara dengan buruh yang murah. Beda cerita jika kita adalah pemilik merek. Kendali ada di tangan kita. Kemana telunjuk tertuju, disitu produksi terjadi. Mau produksi di dalam negeri pun, dengan bayaran lebih mahal, gak menjadi masalah. Gak percaya? Yuk periksa yang satu ini.

Perhatikan foto sepatu pertama (atas), berapa harga taksiran Anda?
Harga bandrolnya adalah : Rp 1.599.000,-
Harga terendah, setelah diskon : Rp 801.700,-
Bulatkan saja 800 ribu rupiah.

Selanjutnya perhatikan foto sepatu kiri bawah, tanpa logo ‘centang’, berapa Anda mau membelinya? Masihkah 800 ribu? 600 ribu? 300 ribu? Belum tentu 300 ribu Anda mau membayarnya. Anggap saja Anda mau membeli 200 ribu, karena sudah tahu kualitasnya, meski tak ada ‘centang’ nya.

Jika Anda hanya mau membayar 200 ribu untuk sepasang sepatu tanpa logo, terus berapa harga logonya? 600 ribu? 3 kali dari harga produknya. Apa yang dibeli? Gengsi, jaminan kualitas, kepercayaan, atau diringkas dengan brand.

Mana lebih besar untungnya, pemilik merek atau penjahit?

Sayangnya, Indonesia masih menjadi negeri tukang jahit, sedikit yang melek branding. Padahal, bicara soal kualitas, tak kalah bersaing dengan negara asia lainnya. Produksi Indonesia, sering dinikmati oleh ‘negara kelas satu’, seperti Singapura, Hongkong, dan negara-negara maju lainnya. Sebaliknya merek yang sama yang ada di Indonesia, malah berasal dari negara produsen kelas dua, seperti Cina, India, Vietnam.

Mungkin Anda familiar dengan merek-merek berikut ini:

Zara; diproduksi PT Sritex tbk, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah.
IKEA; salah dua pabriknya di Semarang dan Solo.
Barbie; diproduksi PT Mattel Indonesia, Cikarang, Jawa Barat.
Nike, Adidas, New Balance, masih diproduksi di Tangerang dan Cianjur.

Bangga kah membaca merek-merek ternama tersebut diproduksi di Indonesia? Hal itu menjadi bukti bahwa kualitas produk buatan Indonesia tak diragukan lagi. Pertanyaannya, kenapa kita tak menggunakan produk buatan Indonesia? Merek lagi !

Dari Tukang Jahit ke Brand Owner.

Pernah dengar merek dibawah ini:
Dowa; tas rajut buatan Jogja.
Peter Says Denim; jeans buatan Bandung.
Niluh Djlantik; sepatu buatan Bali, yang harganya selangit.
Bagteria; tas tangan unik untuk wanita.
Sarah Beekmans; kalung limbah tanduk sapi, Bali.

Mereka punya kesamaan, berhasil membangun Merek Indonesia mendunia. Lebih bangga mana, menggunakan Produk Indonesia (merek luar) atau Merek Indonesia?

Generasi tua fokus ke produksi, karena mereka ‘telaten’ dan memiliki jam terbang yang tinggi. Generasi muda fokus ke pemasaran, karena mereka dinamis dan kreatif. Apalagi era internet membuat dunia tanpa batas (borderless). Ciptakan brand-mu sendiri, kolaborasi dengan para produsen lokal.

Saya, sebisa mungkin menggunakan Merek Indonesia. Tentu tak mungkin semuanya saat ini. Apple Macbook masih belum tergantikan oleh Jeruk Gedebuk, Iphone belum tergantikan oleh Ti-phone. Jadi gak usah nyinyir saat saya keluarkan statement Bangga Indonesia. Sebaliknya, pemilik merek Indonesia gak usah ngemis dengan membawa jargon Karya Anak Bangsa. Yang penting buktikan bahwa kualitas produk Anda pantas dikonsumsi.

Fase Ketiga, Hulu-Hilir Indonesia

Tak perlu Merek Indonesia menjajah luar, cukuplah jika bangsa ini bangga menggunakan merek Indonesia, itu sudah awal yang bagus. Jika konsumsi merek Indonesia besar, produksi akan semakin masal. Selanjutnya, perlahan ketergantungan terhadap bahan impor kita kurangi, bahan baku bisa diproduksi di Indonesia. Jadilah Indonesia bangsa yang mandiri.

Yuk bangun dari tidurmu, kuasailah ilmu pemasaran. Mulailah bangun merekmu, kolaborasikan dengan para produsen canggih yang berjibun di Indonesia. Jangan lupa, gunakan ‘website’ dan media sosial sebagai pengungkit, penembus batas ruang dan waktu.
“Kemerdekaan saat ini adalah melepaskan diri dari penjajahan ekonomi dan ideologi.”

Bangunbrand[dot]com mu di Yukbisnis.com. Hanya 50 ribu perbulan !

Ingat Dengan Kisah Soerabi Enhaii ?

Ingat Dengan Kisah Soerabi Enhaii ?

Soerabi Enhaii dibangun oleh orang Bandung belasan tahun dan ramai pelanggan. Namun pemilikinya entah meremehkan atau gak paham, sehingga tidak mendaftarkan merek dagangnya ke Dirjen HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

Akibatnya, seseorang yang paham tentang peluang ini, mendahului mendaftarkan merek dagang “Soerabi Bandung Enhaii” di Dirjen HKI. Selang beberapa saat, ia membuka Soerabi Bandung Enhaii dan saat ini sudah belasan cabang dengan sistem waralaba.

Salahkah..? Secara hukum, yang memiliki merek dagang yang menang di pengadilan. Untung saja pemilik merek dagang tersebut masih ‘berbaik hati’, tak menuntut pemilik usaha awal untuk menurunkan mereknya.

Bagaimana dengan domain ?

Lebih mudah lagi menyerobotnya.

Apa sih domain ?

Nama online bisnis Anda, seperti: yukbisnis.com, juraganforum.com, hotglass.co.id, respiro.co.id. Domain bisnis serupa dengan Merek Dagang yang harus diamankan. Jangan sampai sudah susah payah membangun bisnis hingga menjulang, ehh mereknya dicaplok orang lain.

Ada 2 orang internet marketer yang kerjaannya hanyalah ternak domain. Mereka mendahului membeli domain-domain seperti nama institusi, merek dagang dan kata kunci (keyword) yang banyak dicari. Saat pemilik merek menyadari betapa penting domain tersebut, mereka harus menebus dengan harga puluhan hingga ratusan kali lipat.

Berapa sih harga domain ?

Hanya berkisar 100 ribu rupiah (pertahun) untuk domain [dot]com, jika belum diambil oleh pihak lain. Jika sudah diambil oleh pihak lain, bisa melejit hingga ratusan juta rupiah untuk 1 domain.

Sadis!

Semakin lama Anda menunda, semakin besar kemungkinan domain Anda sudah diserobot oleh orang lain, apalagi jika merek Anda sudah mulai terkenal.

Jadi, masih nganggap domain gak penting ?

Kurang dari 3000 rupiah/hari.

Anda bisa buat domain sendiri klik disini.

Gak percaya..? Cek saja..!!